Chapter 5: Bab 5
"Ini seharusnya sudah cukup." Ives mengangguk puas. Di depannya ada sebuah kotak kecil berisi perhiasan yang cukup baginya untuk menyewa sebuah kamar. Menoleh ke arah pintu bobrok, Ives berteriak, "Biscuit, apakah sudah ketemu?"
"Belum, beri aku beberapa menit lagi." Suara manis Biscuit terdengar dari dalam kapal.
Setelah sepuluh menit, Biscuit keluar dengan ekspresi kecewa. Dari sepuluh kapal yang telah mereka berdua telusuri, hanya ada satu kotak harta yang berhasil mereka berdua temukan, dan sayangnya satu kotak harta itu hanya bisa membeli satu kamar.
"Mari cari ke kapal yang lain." Ives menyarankan.
"Kapal yang mana lagi? Kecuali yang sudah tenggelam, semua kapal di area pesisir telah dijelajahi oleh kita dan para peserta yang lain."
"Satu-satunya pilihan yaitu menyelam ke dalam laut. Aku yakin ada banyak kotak harta di sana." Biscuit menunjuk ke dalam air.
"Apakah kamu serius? Sudah banyak peserta yang meninggal karena mencoba menyelam." Ives mencoba membujuk.
"Aku serius. Ini adalah satu-satunya cara bagiku untuk lulus, dan aku tidak ingin gagal. Atau apakah kamu mau menyerahkan kotakmu kepadaku?"
Ives tahu kalau gadis ini sudah membuat keputusan, dia tidak akan pernah mundur. "Ambil kotakku, biarkan aku yang menyelam kedalam." Menyerahkan kotak perhiasannya, Ives pergi ke ujung geladak.
"H-hei, aku hanya bercanda!" Biscuit buru-buru menghentikan pria itu. "Ambil, aku tidak menginginkan apa yang sudah kamu dapat. Jika harus, maka aku yang akan melakukannya sendiri." Katanya dengan penuh tekad. Merebut milik orang lain? Terutama dari pria yang dekat dengannya? Sama sekali tidak!
"Kamu serius?" Ives bertanya sekali lagi.
"Aku serius." Biscuit menjawab dengan penuh keyakinan.
"Huh, baiklah. Tapi untuk berjaga-jaga, kita perlu mencari tali terlebih dahulu. Jika terjadi sesuatu, pastikan untuk memberi aba-aba menggunakan tali itu."
"Baiklah." Biscuit mengangguk.
Beberapa puluh menit kemudian, mereka mendapat tali yang dibutuhkan. Panjangnya sekitar lima puluh meter, ini adalah hasil dari sambungan beberapa tali, seharusnya sudah cukup untuk penyelaman ini.
"Sudah siap?"
"Aku siap."
"Semoga beruntung, dan berhati-hatilah."
"Unn." Biscuit muda mengangguk lalu berjalan ke tepi dek kapal. Mengangkat kakinya, dia siap untuk menyelam ke dalam laut, akan tetapi, perasaan aneh tiba-tiba muncul dari dalam dirinya. Berbalik badan, Biscuit mendekati Ives dan memeluknya dengan erat.
"Biscuit?"
"Untuk penyemangat." Biscuit tetap tersenyum positif walaupun dirinya merasakan firasat buruk. Menepuk kedua pipinya, dia berkata, "Oke, sekarang aku benar-benar siap." Mengambil aba-aba, Biscuit berlari lalu loncat ke dalam air.
Dari atas, Ives terus mengulur tali yang telah terikat di pinggang Biscuit. Lima meter, sepuluh meter, dua puluh meter... dia terus mengulur tali itu sampai akhirnya berhenti di angka empat puluh meteran. 'Apakah dia sudah mencapai dasar?' Ives menyipitkan matanya. Dari atas sini, sosok Biscuit tidak lagi terlihat, tapi tali yang dia pegang masih bergerak-gerak, yang menandakan bahwa Biscuit masih aman.
Beberapa menit berlalu, tapi Biscuit belum kunjung naik ke atas permukaan laut. Ives menunggu dengan khawatir. Napas maksimum yang bisa ditahan oleh Biscuit adalah sembilan menit, tapi sekarang sudah hampir lima menit semenjak dia menyelam. Ives terus mengawasi tali, menunggu aba-aba dari bawah.
Sebelumnya dia telah memberikan beberapa aba-aba kepada Biscuit. Jika sudah menemukan harta, maka tarik dua kali, di sini dia akan menarik tali dengan kekuatan sedang untuk membantu Biscuit berenang ke atas lebih cepat.
Jika ada bahaya, maka tarik tali empat kali. Seperti namanya, di sini Ives akan menarik tali secepat mungkin, memungkinkan Biscuit untuk menghindari bahaya yang ada di dalam laut.
Terus menunggu, Ives merasa satu menit berlalu begitu lama, yang mana menandakan kekhawatirannya saat ini.Jika bisa, dia tidak ingin Biscuit kenapa-kenapa.
'Ah? Sudah dapat? Bagus!' Tepat dua menit kemudian, Ives menerima aba-aba dua kali tarikan dari bawah. Melihat ini dia langsung lega dan senang. Menggenggam tali itu, dia mulai menariknya dengan kecepatan sedang.
Awalnya lancar-lancar saja, tapi saat dia terus menarik, entah mengapa dia tidak lagi dapat merasakan berat Biscuit. Perlu Anda ketahui, walaupun masih enam belas tahun, tapi Biscuit adalah gadis fit dengan tinggi hampir seratus delapan puluh senti. Kehilangan berat badan begitu saja tentu saja mustahil.
'?!' Merasakan sesuatu yang aneh, jantung Ives langsung berdetak kecang. Karena khawatir, dia mempercepat tarikannya, tapi tetap, dia tidak bisa merasakan bobot Biscuit sama sekali. Saat ujung tali itu terlihat, mata Ives terbelalak. Tali itu telah terputus!
Saat itu juga dia melepas pakaian atasnya lalu melompat ke dalam laut. 'Sialan! Biscuit, dimana kamu?' Dengan kecepatan tercepatnya, Ives terus menyelam sambil melihat ke arah kiri dan kanannya dengan gelisah.
Saat menyentuh kedalaman tiga puluh meter, Ives melihat bayangan hitam yang terus bergerak-gerak, 'Mungkinkah?!' Dia langsung buru-buru mendekatinya. Dan benar saja, di kedalaman lima puluh meter dia melihat sosok Biscuit yang terjerat oleh tanaman laut tebal yang terus melambai-lambai.
Mengeluarkan parang yang dia dapat dari berburu harta di kapal-kapal sebelumnya, Ives langsung menebaskannya ke arah tanaman yang mengikat itu. Karena berada di dalam laut, kecepatan tebasan Ives berkurang secara signifikan, dan tebal tanaman ini juga tidak membantu. Dia terus menebasnya berkali-kali sambil berharap tanaman ini bisa lekas terputus.
"Grrr!!!" Biscuit memegangi lehernya sambil mengeluarkan gelembung-gelembung udara dari dalam mulutnya. Jelas dia telah mencapai ambang batas!
'Biscuit!' Walaupun tidak bisa berbicara, Ives tetap berteriak dalam hati. Meraih pinggang gadis itu, dia langsung menciumnya!
"Unn!" Biscuit yang sebelumnya mengejang karena kehilangan napasnya perlahan mulai tenang.
Ciuman ini untuk mentransfer udara. Walaupun tidak terlalu efektif, tapi setidaknya dapat mencegah Biscuit kehilangan napas.
Sambil bertukar napas, Ives terus menebaskan parangnya ke tanaman sialan itu. Setelah beberapa kali tebasan lagi, akhirnya rumput laut yang mengingat tubuh Biscuit berhasil dia putus.
Melepas pelukannya, Ives memegang pundak gadis itu lalu menggoyangkannya. Ketika Biscuit mendapat kesadarannya lagi, Ives merasa lega lalu segera menginstruksikannya untuk naik ke atas. Biscuit mengangguk setuju, tapi kemudian Ives melihat gadis itu membelalakkan matanya. Tangannya menunjuk tepat ke arah belakang punggungnya.
Saat membalikkan badan, sepuluh meter jauhnya Ives melihat sebuah bayangan ikan raksasa.
'That's freaking Megalodon Shark!!!'
-----
read chapter 30 on;
patréon.com/mizuki77