Mysterious App (Indonesia)

Chapter 9: Pagi Hari



Pagi hari nya.

 

Ryu terbangun lebih dulu, dia dapat melihat wajah tertidur

Hana yang cantik yang tidak mengenakan apapun. Tubuhnya yang indah di rusak

oleh selimut yang menutupi nya. Ryu sedikit menyingkirkan selimut itu dan

meremas lembut payudara Hana.

 

"Mhh ..."

 

Erangan kecil lolos dari mulut gadis itu, yang secara

bersamaan bulu mata lentik nya bergetar dan memperlihatkan Iris obsidian yang

indah milik Hana.

 

"Pagi, Ryu ... Mnn ..."

 

Hana menggosok matanya, mengabaikan Ryu yang tengah meremas

payudara miliknya. Gadis itu bangkit dengan lesu dan duduk di atas perut Ryu

tanpa memperdulikan nya.

 

Dia sedikit membungkuk untuk menjangkau meja kecil dan

mengambil wadah air, menuangkan air ke dalam gelas dan meminumnya dengan rakus.

 

"Ahh..." Hana menghela nafas lega. Saat air segar

membasahi tenggorokan nya.

 

Ryu memiliki perempatan kesal saat merasakan pantat halus

itu berada di atas perut nya. Apalagi dengan payudaranya yang indah yang

terekspos.

 

"Apa?" Tanya Hana.

 

"Tidak ada." Kekeh Ryu. Ryu meremas payudara Hana

dengan lembut.

 

"Kau ingin melakukan nya lagi? Kita akan telat

berangkat sekolah jika melakukan nya lagi." Keluh Hana. 

 

"Tenang saja, aku hanya ingin bermain-main dengan

payudara indah ini."

 

Hana sedikit memerah, tapi berusaha menunjukan kekesalan nya

dengan memutar mata.

 

"Itulah yang bajingan seperti mu katakan, dan kau

tiba-tiba akan memasukan penis mu ke dalam ku tanpa peringatan. Aku ingin ke

kamar mandi terlebih dahulu."

 

Hana beranjak dari tubuh Ryu.

 

"Tunggu, aku titip buang air kecil ku."

 

Hana diam, menatap Ryu dengan kesal. Dia mengerti apa yang

di inginkan Ryu.

 

"Brengsek."

 

Meskipun begitu, dia berjalan kembali dan memasukan kemaluan

Ryu ke dalam mulutnya.

 

"Bukan di sana."

 

Hana menatap Ryu dengan heran.

 

"Pantat mu."

 

Itu sedikit membuat Hana terkejut, namun dia menarik penis

yang sudah berlumuran air liur itu dari mulutnya. Dia kembali menaiki ranjang.

 

"Ughh ..." Erangan lolos saat Hana perlahan

memasuki penis Ryu ke anus milik nya. Anus nya masih berkedut dengan rasa sakit

saat di masuki penis besar milik Ryu.

 

"Hah, hah, hah, kau bisa melakukannya sekarang."

Nafas Hana berat saat dia selesai memasukan penis Ryu sepenuhnya ke dalam

lubang anus nya.

 

Tanpa peringatan, cairan hangat mengalir ke dalam perut

milik Hana.

 

"Uhmmm..." Gadis itu mengerang saat cairan

hangat mengalir tak henti-hentinya mengisi.

 

Ryu menarik rambut gadis itu yang tergerai di tubuh depan

Hana. Membuat Hana sedikit mengikuti tarikan Ryu. Ryu mencium bibir Hana dengan

lembut. Tidak seperti ciuman intens semalam. Ini juga membuat Hana heran,

kadang dia memperlakukannya sangat kasar, tapi terkadang dia juga memperlakukan

Hana dengan lembut. Seperti saat ini. Hana benar-benar tidak mengerti jalan

pikiran Ryu.

 

Tapi Hana juga menikmati ciuman Ryu yang lembut seperti

seorang kekasih, sedangkan pantat nya terus di isi oleh urin milik Ryu tanpa

henti.

 

Tak selang beberapa lama, akhirnya penis Ryu sudah tidak

mengeluarkan urin lagi. Dia perlahan melepaskan penis nya dari lubang dubur

milik Hana.

 

Hana menghimpit anus nya saat Ryu mencabut penis miliknya,

berusaha untuk tidak membuat urin keluar dari sana.

 

"Oke, pakai ini agar tidak keluar." Ryu mengambil

dildo semalam yang telah di bersihkan oleh Hana. Dan memasukan nya ke dalam

anus Hana untuk menahan urin agar tidak keluar. Itu masuk dengan lancar tidak

seperti pertama kali.

 

"Ughh ..."

 

"Jangan cabut sampai aku memerintahkan mu ok?"

 

"Apa? Bagaiman kalau aku ingin Bab?"

 

"Kau tidak akan, paling lambat kau akan bab nanti

malam."

 

"Bagaimana kau tau?"

 

"Bukankah Hana sudah mengeluarkan semua kotoran nya

semalam?"

 

Hana memiliki wajah merah, dia juga memang merasa sangat

lapar saat ini.

 

"Kau mengerti Hana?"

 

Hana mengangguk kecil dan beranjak menuju kamar mandi karena

dia sudah tidak bisa menahan buang air kecil nya.

 

Ryu merasa bersemangat saat dia tidak membutuhkan toilet

untuk buang air kecil, dia hanya perlu memanggil Hana dan masalah pagi nya akan

selesai tanpa perlu membuat dirinya beranjak dari ranjang.

 

Sama halnya seperti kemarin, mereka mandi bersama dan makan

bersama. Hanya saja Hana kini makan di pangkuan Ryu. Gadis itu tidak menolak

sama sekali. Hanya saja dia merasakan perasaan hangat di perut nya setiap kali

dia bergerak.

 

Hana juga kembali membuatkan bento untuk Ryu.

 

Mereka berpisah di persimpangan jalan dan menuju sekolah

dengan jalan yang berbeda. Hana masih menggunakan syal untuk menutupi bekas

gigitan Ryu yang masih membekas, meskipun sudah samar. Tapi masih terlihat

jelas jika di lihat dari dekat.

 

"Hana, pagi."

 

"Eiji-kun?" Hana berbalik untuk melihat siapa yang

menyapanya. Itu adalah Eiji teman masa kecil nya, memiliki poni yang tersimpan

di depan dan kacamata. Dia memang pria tampan dengan rambut hitam legam nya.

 

"Kau memegangi perut mu, apa kau tidak sarapan?"

 

"Ah, tentu saja aku sarapan."

 

Tidak mungkin Hana memberitahu Eiji kalau dia tidak nyaman

dengan urin yang tersimpan di dalamnya, dan juga benda asing yang tertanam di

anus miliknya. Setiap dia berjalan, urin itu seolah bergejolak di dalam

tubuhnya yang membuat itu tidak nyaman.

 

Tapi Hana hanya berpikir untuk membiasakan diri saja, lama

kelamaan dia juga akan terbiasa dengan ini semua.

 

Yang dia pikirkan adalah fakta bahwa Ryu selalu keluar di

rahim nya, apakah dia akan hamil atau tidak. Dia tidak tau, tapi tidak ada

masalah apapun yang terkait kehamilan yang dia rasakan.

 

"Hana?"

 

"Ah! Ya!" Hana terkejut saat dia di panggil oleh

Eiji kembali. Dia terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri.

 

"Aku mendengar rumor kalau kau sangat dekat dengan anak

kelas 2-D Yamaguchi Ryuichi. Apa itu benar?"

 

"Kenapa kau berkata seperti itu?" Tanya balik Hana

dengan alis terangkat.

 

"Ada orang yang melihatmu pulang bersama kemarin

sebelum kalian berpisah di persimpangan jalan, apakah itu alasan mu menolak

ajakan ku pulang bersama?"

 

"Hmm, bukan karena itu. Aku hanya tidak sengaja

berpapasan dengannya kemarin dan sedikit mengobrol, kami bahkan tidak bisa di

anggap sebagai teman." Balas Hana dengan sangat natural.

 

Pantas saja gadis ini sangat pandai menyembunyikan

kepribadian aslinya, dia sangat pandai dalam hal berakting.

 

"Begitu ya."

 

"Oh, soal ajakan mu Semalam, aku menyutujui ya."

 

"Eh? Benarkah!?" Eiji terlihat bersemangat saat

membenarkan kacamata nya.

 

"Ya, tapi tidak hanya dengan kita berdua. Aku ingin

mengajak Yamaguchi-kun sebenarnya."

 

"Eh, kenapa!?" Eiji benar-benar menatap curiga

pada Hana.

 

"Karena dia adalah orang kedua yang berbicara dengan ku

selain kau di sekolah ini."

 

"Eh? Hanya karena itu?"

 

"Ya, tapi dia ingin mengajak kedua temannya agar dia

tidak terlalu sendirian nantinya. Jadi dia ingin mengajak Hayashi-san dan

Kanzaki-kun. Bukan kah itu menarik? Lebih banyak orang lebih baik bukan? Aku

juga ingin mulai mencoba bergaul dengan orang lain."

 

Kecurigaan nya hilang saat Eiji mendapati Hana yang mulai

terbuka secara sosial. Dia senang karena hal itu.

 

"Oke, kalau begitu aku hanya bisa menyutujui keinginan

mu."

 

"Terimakasih." Hana hanya sedikit mengangguk.

 

"Kau tidak apa-apa? Kau memegangi perut mu sangat

sering pagi ini."

 

"Sudah ku bilang aku tidak apa-apa."

 

Hana ingin sekali mengeluarkan urin itu dari perutnya, tapi

dia tidak mau melakukannya jika Ryu masih belum memerintahkan nya.

 

Sama halnya dengan kemarin, di depan gerbang sekolah. Dia

berpapasan dengan Ryu, dan juga kedua pasangan itu. Kedua pasangan itu melambai

ramah kepada Hana, yang Hana berikan kembali lambaian dengan senyum tipis. Dia

menyembunyikan wajah nya yang ingin berkerut saat mendapati Ryu yang

mengabaikannya.

 

Kedua pasangan itu mendatangi Hana dengan senang, sementara

Ryu berjalan santai di belakang mereka dengan tangan di saku celananya.

 

Hana sudah menyadari nya melalui perlakuan mereka berdua,

Ryu pasti sudah memberitahu mereka berdua.

 

"Apakah itu benar ketua Osis? Kau mengajak kami

mengadakan pesta Barbeque saat musim semi?" Aiko pacar dari Arata menyapa

dengan penuh semangat. Sementara Eiji menatap Ryu dengan tajam. Ryu tidak

memperdulikan tatapan Eiji. Dia hanya menatap ke arah lain dengan tidak

perduli.

 

"Aku tidak menyangka kau akan mengajak kami untuk

liburan musim panas nanti." Lanjut Arata dengan tawa nya, sesekali dia

menatap wajah cantik Hana tanpa Aiko sadari.

 

"Ya, tentu saja. Semoga kita bisa akrab ok?" Hana

menyapa mereka dengan ramah.

 

Kedua pasangan itu mengangguk. Sementara Ryu mengabaikan

Hana.

 

"Yamaguchi-kun, semoga-kita-bisa-akrab, Ok?" Hana

sedikit menekan kalimat nya tanpa ada orang lain yang menyadari nya. Mulutnya

mungkin tersenyum ramah, tapi tidak dengan matanya.

 

"Ya."

 

Balas singkat Ryu, itu benar-benar membuat Hana kesal.

Apakah saat ini Ryu sedang memilih kepribadian yang jutek? Atau dia memang

selalu menggunakan wajah seperti itu?

 

Tapi hanya mereka berdua yang sadar satu sama lain, kalau

mereka ... Sedang menggunakan topeng di wajah mereka masing-masing.

Menyembunyikan kepribadian asli mereka dengan sangat baik.

 

"Kalau begitu sampai nanti, aku masih ada urusan Osis

yang harus di lakukan." Hana melambai pada mereka, Eiji hanya mengangguk

kecil pada mereka bertiga.

 

"Wow, aku tidak menyangka kita benar-benar akan liburan

bersama ketua dan wakil ketua nanti." Ucap Aiko dengan tidak percaya.

 

"Hahaha, kau beruntung karena dekat dengan kami kawan.

Kau bisa ikut pesta barbeque nanti." Arata menepuk punggung Ryu dengan

kuat.

 

Ya, Ryu memberi tahu mereka kalau ketua Osis memilih acak

siapa yang ingin di undang. Dan Ryu juga bilang karena mereka berdua dekat

dengannya, Ryu di ikut sertakan secara kebetulan. Dari cerita yang di berikan

oleh Ryu.

 

Ryu hanya mengabaikan mereka berdua yang berjalan di

depannya, ketua Osis itu sedikit berbalik. Ryu sedikit tersenyum dan

mengedipkan matanya sebagai balasan. Hana segera membuang muka kembali dan

fokus ke depan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.